Rabu, 25 November 2015

BERGETAR TAK TERASA




“ Lanjutkan ocehanmu. Teriak sekencang mungkin . Kan Kulelang diriku jika sampai ada mereka yang membelamu. Hah! Dasar spesies kotoran tetaplah kotoran. “
***

            Cinta. Lagi-lagi berbicara tentang cinta . Sesungguhnya aku bukanlah orang yang selalu memusingkan diri dengan cinta . Namun, nyatanya aku terus menulis tentang cinta. Aku bahkan tidak pernah menemukan cinta. Haduh..duh.. aku ini hanya anak abu-abu. Pacaran hanya untuk kesenangan belaka. Tetapi, aku punya cerita cinta terlama. Kau harus tau bahwa kini akulah yang terjebak dalam kerumitan cinta sesungguhnya. Perasaanku sering bergetar senang bahkan sedih. Bila dihitung, kesedihanlah yang paling banyak menggetarkan. Sampai-sampai tak terasa…. Satu lagi,aku adalah Cinta. Kalian harus tau bahwa namaku adalah Cinta. 
Aku mengenali seorang pria yang pada awalnya tak ada cacat diri sedikitpun tampak. Semua yang kulihat baik adanya. Waktu terus berjalan tanpa peduli dengan butir cinta yang mulai tumbuh. Cinta pada zaman dulu berbeda dengan cinta zaman sekarang. Hanya perlu status untuk membedakan bahwa cinta benar harus dibina. Status aku bersamanya jelas. Katanya butir cinta mulai tumbuh, tapi terlihat banyak sandiwara. Ia tak sungguh. Aku percaya bahwa cinta bila diberi sedikit waktu bisa datang karena telah terbiasa. Kita lihat saja…
            Aku mulai mencinta tapi bukan berarti aku dicintai pula. Nyatanya aku tak berhak menuntut mereka untuk menjadi sedemikian rupa seturut mauku. Serta aku diharuskan mengerti bahwa tak diperkenankan aku paksa mereka untuk menyanggupi segala sesuatu tentang apa adanya diriku. Jadi, aku tak boleh memaksa orang lain menjadi seperti yang kuinginkan. Serta, aku tak boleh menyuruh orang untuk menerima kebiasaan diriku dalam sisi hitamku. Semua memang serba salah , tapi tak ada salahnya untuk kuingat dan kucamkan ini dibenakku.
            Sejauh ini hubungan kita hanya bermain. Kita sama-sama tak mampu membedakan mana yang benar mana yang salah. Baginya hanya biasa, tapi bagiku semua ada artinya. Pastinya aku sudah mencintainya. Namun, kutau pula dia belum bisa mencintaiku. Tak ada baiknya aku dimatanya. Semua kurang. Padahal katanya cinta tak pandang segala. Memang aku tak pantas dengannya. Aku tak cukup baik untuknya. Perlu diketahui diapun belum cukup baik dimataku. Tetapi, aku hanya diam. Aku mampu menerima. Mengapa aku tak mampu diterima?. Terlampau banyak pintanya untuk ku berubah menjadi seperti apa yang ia inginkan. Bila demikian, tandanya ia hanya mencintai dirinya. Belum mampu mencintai sisi lain dari dirinya yang dimiliki orang lain. Aku tau itu, tapi lagi-lagi mampuku hanya diam. Terlampau banyak kesedihan . Hidup dalam diam dan tangis menuntut sesuatu pengertian. Merasa bukan berarti hanya merasa. Semua ini sungguhan.
            Aku sadari bahwa hidup boleh untuk senang-senang. Tetapi, jelas hidup tidak pantas dijadikan main-main. Begitu pula cinta. Ternyata bermain-main dengan cinta adalah hal bodoh yang jelas kelak akan menyakitkan. Bila aku diperkenankan kembali pada masa lalu, aku akan memilih untuk tidak bermain-main dan berurusan dengan cinta. Karena terlalu asik bermain-main dengan cinta sampai tak mampu membedakan main-main yang hanya sekedar main-main. Semua membuatku harus bertangguh jawab dan bertahan pada kesakitan kekal. Bukan hanya aku,tapi kita.
            Awalnya semua berjalan begitu indah adanya. Mencintai dan terus mencintai. Semua diberikan bahkan ketulusan. Tapi, tak lantas cukup. Ia  terus meminta lebih dariku.semua ku berikan. Ya, semua. Tak ada sedikitpun yang tertinggal. Walau hanya satu-satunya tetap telah ku serahkan. Habislah sudah,tapi cinta dapatpun tidak. Ujungnya hanya penyesalan…penyesalan terdalam.
            Bahwasanya cinta memang madu saat pucuk. Percayalah tak selang menit semua buram. Jangan pernah berkata “ku tak menyangka” karena bahkan aku tak pernah bertanya “ mengapa bisa? “. Sudahalah berbicara tentang keseriusan takapa tetapi bukan tabuh semua belum saatnya.  
Hal yang kulakukan adalah mencintai. Semua yang ku kenal adalah bagaimana cara “mencintai”. Masalah dicintai atau tidak itu hanya harapan. Harapan itu terwujud atau tidak itu tak bisa dipaksakan. Terpenting bagiku adalah hanya melakukan sesuatu yang disebut dengan “mencintai”.
            Bulan demi bulan terus berlalu. Bukan berarti semua semulus dan selancar bak air mengalir. Perjunganku adalah kesesakkanku. Jutaan kali ia hantamkan kata yang akan memutus hubungan kita kepadaku. Jutaan kali pula ku bertahan. Ia bahkan tak mengerti mengapa semua harus dipertahankan. Ia bahkan dengan mudahnya melontarkan kata itu berkali-kali. Ia bahkan tak bertanggung jawab atas apa yang memang harus ia pertanggung jawabkan! .Bila aku bodoh aku pasti tak peduli. Sayangnya aku masih tau bagaimana harus bersikap atas apa yang telah kulakukan. Tidak menutup kemungkinan aku ingin mengakhirinya. Siapa yang tahan berada pada kesesakan dunia karena cinta?. Aku ini hanya manusia. Anda saja dulu…
            Andai bulan punya mata, ia tak ragupercaya pada bintang. Tapi, mereka yang hidup dan bersama matapun ragu melihat yang bermata. Kerena bersamaan punya mata, tetap kalah dengan tiuan dari sesuatu yang berbicara.

Bersambung.....

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar