Kamis, 03 Desember 2015

Hati wanita adalah lautan terdalam

Renungan Seorang Perempuan.

jujur, saya iri melihat perempuan lain yg sangat begitu di sayang, di jaga, di cintai, di banggakan di depan semua orang oleh laki-lakinya.
tapi ada apa dengan diri saya? saya mungkin harus lebih berintropeksi diri lagi. dimana kesalahan saya yg selalu saya ulangi, bagaimana caranya menjaga tanpa harus mengekangnya, bagaimana cara memegang tanpa harus menggenggam erat, bagaimana caranya selalu membuat suasana baru agar hubungan tidak cepat bosan, bagaimana caranya jadi air ketika dia menjadi api, bagaimana caranya memperbaiki sifat perilaku dan tata bahasa yang lebih sopan seperti layaknya perempuan seumur saya. dan bagaimana caranya membuktikan bahwa saya adalah perempuan yang pantas untuk di pertahankan, perempuan yang pantas di perjuangkan, perempuan yang pantas untuk di bahagiakan, perempuan yang pantas untuk di hargai dan di jaga, perempuan yang pantas untuk mendampingi masa depannya, perempuan yang jago memasak, perempuan yang pantas untuk mendampingi dia dari 0 hingga sukses, perempuan yang pantas untuk calon anak-anaknya nanti.
perempuan mana sih yang tidak mau seperti itu?
semua perempuan bahkan saya sendiri juga ingin menjadi perempuan terbaik untuk orang yang saya sayang. saya selalu belajar dan belajar, meskipun saya selalu gagal.
saya akui saya bukan perempuan yang cerdas seperti Agnes Monica.
saya akui saya bukan perempuan yang jago masak seperti Farah Quinn.
saya akui saya bukan perempuan sesabar dan setabah Nia Daniati.
saya akui saya bukan perempuan yang jago nyanyi dan memainkan alat musik seperti Isyana Sarasvati.
saya akui saya tidak cantik dan tidak menarik seperti Raisa.
saya akui saya tidak sexy seperti Felicity Smoak.
.
mencintai orang yang juga mencintai kita itu adalah hal yang paling bahagia. hal segala-galanya yang tidak bisa di beli oleh apapun.
ketika seseorang memberikan waktunya untuk kita, sama saja seperti dia telah memberikan sebagian hidupnya untuk kita. bahagia bukan?
.
tetapi, ketika kenyataan beda dengan harapan........
.
perempuan mana yang mau bertahan di status yang entah sampai kapan akan tidak jelas seperti ini? terkadang terasa sangat di butuhkan, terkadang juga merasa sangat tidak di harapkan.
semua perasaan perempuan, termasuk perasaan ibumu sendiri akan sama seperti yang saya rasakan. sakit ketika sadar orang yang kita sayang ternyata tidak menyayangi kita lagi, tidak lagi membutuhkan kita lagi, dan tidak melihat kita lagi seperti dulu.
sakit ketika melihat orang yang kita sayang tersenyum bahagia karena perempuan lain, bukan karena kita. sakit ketika orang yang kita sayang datang dan pergi sesuka hatinya. sakit ketika orang yang kita sayang ternyata telah menemukan seseorang untuk menggantikan posisi kita. sakit ketika orang yang kita sayang cuek dan tidak peduli lagi. sakit ketika orang yang kita sayang sudah tidak mau mendengarkan keluh kesah kita. tidak mau menolong kita ketika kita sedang berada di titik paling bawah. sakit ketika di abaikan bahkan di buang begitu saja.
.
perempuan sering menangis itu bukan karena kita cengeng, tapi hati perempuan itu tulus. ketika perempuan mencintai seseorang, kita akan melakukan apa saja demi dia bahagia. kita bahkan hanya bisa sabar meskipun fikiran-fikiran negatif selalu menghantui ketika dia tidak memberi kabar. kita hanya bisa menahan rindu ketika dia tidak lagi peduli. ketika dia sudah tidak menjadikan kita prioritasnya lagi, apa kita berani protes? kita hanya bisa sabar dan berharap dia kembali seperti dia yang dulu. ketika kita lagi di beri banyak masalah, perempuan sangat ingin di perhatikan. sangat butuh pundak dan pelukan. tapi sekarang itu hanyalah harapan yang semu, ingatan lalu yang tidak akan mungkin terjadi lagi.
ketika kita sedang sangat membutuhkan dia ada di samping kita, tapi dia mengelak dan menghindar.
saya tau, seluruh waktu dia bukan hanya untuk kita. tetapi jika dia benar mencintai kita, dia pasti akan meluangkan waktu atau setidaknya menelfon sebentar di tengah-tengah kesibukannya.
ketika kita meminta waktunya sebentar saja untuk bertemu, dan dia selalu memberikan beribu alasan, kita hanya bisa pasrah dan mencoba mengerti "oh mungkin dia lagi sibuk atau lagi senang bersama teman-temannya". karena dengan meluapkan unek-unek bahkan marah-marah itu sama sekali tidak membuat hati dia tergerak. percuma. hanya mendatangkan masalah baru dan pada akhirnya kita berdebat.
.
kata banyak orang, perempuan kodratnya hanya untuk menunggu dan bersabar. tapi, perempuan juga manusia. manusia itu ada batas kesabarannya.
lelaki, tolong lihat sisi baiknya perempuan. perempuan selalu memberikan maaf ketika lelakinya mengulangi kesalahan lagi dan lagi.
perempuan yang tetap bertahan meski telah di sakiti beberapa kali itu bukan berarti kita bodoh, bahkan perempuan seperti ini yang berjuang mati-matian untuk selalu menelan rasa sepahit apapun itu asalkan masih bisa bersama orang yang di sayanginya. meskipun perempuan punya hati yang begitu ingin di cintai, di perhatikan dan di jaga.
tetapi semakin lama sepertinya semua ini benar-benar harus di akhiri. untuk apa kita bertahan sendirian? untuk apa kita berjuang untuk seseorang yang justru sudah tidak mau kita perjuangkan? untuk apa kita memaksakan jika dia memang sudah tidak mau? untuk apa kita menahan dia pergi jika memang hati dia memang telah pergi?
terkadang ada di posisi ini membuat kita merasa serba salah. kita tau, dia sudah tidak baik untuk kita. kita tau, kita harus meninggalkannya. kita tau, ketika dia tidak lagi membutuhkan kita tetapi dia tidak berucap apapun, berarti itu tandanya kita yang harus mundur duluan.
tetapi, apa segampang itu mundur lalu melupakan semuanya?
.
banyak perempuan yang berprinsip "mati 1 tumbuh 1000. tenang aja cowok masih banyak. jangan terus mau di sakitin dan di mainin. itu hati bukan dufan. cowok model gitu doang mah banyak di pasaran. pasti bisa dapetin yang lebih deh percaya!"
tapi prinsip saya berbeda. saya bosan dengan fase kenalan-pdkt-jadian-putus. saya bukan tipe perempuan yang gampang berpindah-pindah hati dengan waktu yang singkat. saya malas untuk memulai semuanya dari awal lagi. ketika saya dengan orang yang baru nantinya, saya harus kenalan, pendekatan ini itu, dll. berbeda dengan seseorang yang telah lama bersama kita, saling sudah tau keburukan dan kebaikannya masing-masing seperti apa. yang harus di garis bawahi, nyari kenyamanan itu susah. apalagi mencari kenyamanan dengan orang baru yang sama sekali kita belum terlalu tau orang itu sebenarnya seperti apa.
.
untuk perempuan yang sekarang sedang di gantung statusnya, di tinggal tiba-tiba oleh gebetan/pacarnya tanpa sebab, atau bahkan sedang ada di posisi "maju nggak bisa, mundur belum siap" tenang saja. dekatin Tuhanmu, perbanyak istigfar, beribadah, lakukan yang terbaik meskipun balasannya selalu tidak sesuai harapan, sabar dan ikhlas. minta petunjuk bahwa kita harus diam di tempat dan menikmati rasa sakit atau.. harus di paksakan mundur?
jujur saya lelah sengan semua ini. saya sangat lelah. tapi saya selalu percaya, bahwa Tuhan memberikan cobaan tidak melebihi batas kemampuan umatnya. Tuhan tidak pernah tidur. dia maha melihat dan tahu segalanya. hukum alam itu jelas ada.


Rabu, 25 November 2015

BERGETAR TAK TERASA




“ Lanjutkan ocehanmu. Teriak sekencang mungkin . Kan Kulelang diriku jika sampai ada mereka yang membelamu. Hah! Dasar spesies kotoran tetaplah kotoran. “
***

            Cinta. Lagi-lagi berbicara tentang cinta . Sesungguhnya aku bukanlah orang yang selalu memusingkan diri dengan cinta . Namun, nyatanya aku terus menulis tentang cinta. Aku bahkan tidak pernah menemukan cinta. Haduh..duh.. aku ini hanya anak abu-abu. Pacaran hanya untuk kesenangan belaka. Tetapi, aku punya cerita cinta terlama. Kau harus tau bahwa kini akulah yang terjebak dalam kerumitan cinta sesungguhnya. Perasaanku sering bergetar senang bahkan sedih. Bila dihitung, kesedihanlah yang paling banyak menggetarkan. Sampai-sampai tak terasa…. Satu lagi,aku adalah Cinta. Kalian harus tau bahwa namaku adalah Cinta. 
Aku mengenali seorang pria yang pada awalnya tak ada cacat diri sedikitpun tampak. Semua yang kulihat baik adanya. Waktu terus berjalan tanpa peduli dengan butir cinta yang mulai tumbuh. Cinta pada zaman dulu berbeda dengan cinta zaman sekarang. Hanya perlu status untuk membedakan bahwa cinta benar harus dibina. Status aku bersamanya jelas. Katanya butir cinta mulai tumbuh, tapi terlihat banyak sandiwara. Ia tak sungguh. Aku percaya bahwa cinta bila diberi sedikit waktu bisa datang karena telah terbiasa. Kita lihat saja…
            Aku mulai mencinta tapi bukan berarti aku dicintai pula. Nyatanya aku tak berhak menuntut mereka untuk menjadi sedemikian rupa seturut mauku. Serta aku diharuskan mengerti bahwa tak diperkenankan aku paksa mereka untuk menyanggupi segala sesuatu tentang apa adanya diriku. Jadi, aku tak boleh memaksa orang lain menjadi seperti yang kuinginkan. Serta, aku tak boleh menyuruh orang untuk menerima kebiasaan diriku dalam sisi hitamku. Semua memang serba salah , tapi tak ada salahnya untuk kuingat dan kucamkan ini dibenakku.
            Sejauh ini hubungan kita hanya bermain. Kita sama-sama tak mampu membedakan mana yang benar mana yang salah. Baginya hanya biasa, tapi bagiku semua ada artinya. Pastinya aku sudah mencintainya. Namun, kutau pula dia belum bisa mencintaiku. Tak ada baiknya aku dimatanya. Semua kurang. Padahal katanya cinta tak pandang segala. Memang aku tak pantas dengannya. Aku tak cukup baik untuknya. Perlu diketahui diapun belum cukup baik dimataku. Tetapi, aku hanya diam. Aku mampu menerima. Mengapa aku tak mampu diterima?. Terlampau banyak pintanya untuk ku berubah menjadi seperti apa yang ia inginkan. Bila demikian, tandanya ia hanya mencintai dirinya. Belum mampu mencintai sisi lain dari dirinya yang dimiliki orang lain. Aku tau itu, tapi lagi-lagi mampuku hanya diam. Terlampau banyak kesedihan . Hidup dalam diam dan tangis menuntut sesuatu pengertian. Merasa bukan berarti hanya merasa. Semua ini sungguhan.
            Aku sadari bahwa hidup boleh untuk senang-senang. Tetapi, jelas hidup tidak pantas dijadikan main-main. Begitu pula cinta. Ternyata bermain-main dengan cinta adalah hal bodoh yang jelas kelak akan menyakitkan. Bila aku diperkenankan kembali pada masa lalu, aku akan memilih untuk tidak bermain-main dan berurusan dengan cinta. Karena terlalu asik bermain-main dengan cinta sampai tak mampu membedakan main-main yang hanya sekedar main-main. Semua membuatku harus bertangguh jawab dan bertahan pada kesakitan kekal. Bukan hanya aku,tapi kita.
            Awalnya semua berjalan begitu indah adanya. Mencintai dan terus mencintai. Semua diberikan bahkan ketulusan. Tapi, tak lantas cukup. Ia  terus meminta lebih dariku.semua ku berikan. Ya, semua. Tak ada sedikitpun yang tertinggal. Walau hanya satu-satunya tetap telah ku serahkan. Habislah sudah,tapi cinta dapatpun tidak. Ujungnya hanya penyesalan…penyesalan terdalam.
            Bahwasanya cinta memang madu saat pucuk. Percayalah tak selang menit semua buram. Jangan pernah berkata “ku tak menyangka” karena bahkan aku tak pernah bertanya “ mengapa bisa? “. Sudahalah berbicara tentang keseriusan takapa tetapi bukan tabuh semua belum saatnya.  
Hal yang kulakukan adalah mencintai. Semua yang ku kenal adalah bagaimana cara “mencintai”. Masalah dicintai atau tidak itu hanya harapan. Harapan itu terwujud atau tidak itu tak bisa dipaksakan. Terpenting bagiku adalah hanya melakukan sesuatu yang disebut dengan “mencintai”.
            Bulan demi bulan terus berlalu. Bukan berarti semua semulus dan selancar bak air mengalir. Perjunganku adalah kesesakkanku. Jutaan kali ia hantamkan kata yang akan memutus hubungan kita kepadaku. Jutaan kali pula ku bertahan. Ia bahkan tak mengerti mengapa semua harus dipertahankan. Ia bahkan dengan mudahnya melontarkan kata itu berkali-kali. Ia bahkan tak bertanggung jawab atas apa yang memang harus ia pertanggung jawabkan! .Bila aku bodoh aku pasti tak peduli. Sayangnya aku masih tau bagaimana harus bersikap atas apa yang telah kulakukan. Tidak menutup kemungkinan aku ingin mengakhirinya. Siapa yang tahan berada pada kesesakan dunia karena cinta?. Aku ini hanya manusia. Anda saja dulu…
            Andai bulan punya mata, ia tak ragupercaya pada bintang. Tapi, mereka yang hidup dan bersama matapun ragu melihat yang bermata. Kerena bersamaan punya mata, tetap kalah dengan tiuan dari sesuatu yang berbicara.

Bersambung.....

            

Kamis, 19 November 2015

Sebaiknya tak dipaksakan,sayang...



"Bila tak mungkin lagi hujan menyejukan hati kita untuk apa kita bersatu?
Bila tak mungkin lagi kita bercerita tentang cinta biarkanlah kupergi jauh...."🎵

Berulang kali kudengar lirik lagu ini berkali pula air mata terjatuh.
Berkali air mata jatuh berkali pula ku ingin terus bersamamu. 

Berkali-kali kulontarkan kata yang pasti kau kenal,yaitu "maaf". 
Berkali-kali pula kau berlaga tak kenal sesuatu,yaitu "memaafkan". 

Kubiarkan diri ini mengalah. Kau menghakimiku dan terus menghujatku dengan menyemburkan ratusan abjad yang berbaris rapih menjadi kalimat tak baik. 

Aku bahkan tegar. Aku menerimanya karena kutau "kalimatmu" tak baik ,tapi jelas kutau bahwa itu hanyalah "kamu". 

Namun, hati ini kian bergejolak ingin berteriak. Tampak tak terima dan sakit...nyeri terasa. 

Kini kau harus tau bahwa "hatiku" tak setegar "aku".

Sebuah hati yang kutau ada tapi tak pernah tampak nyata. menangis kecil... 

Bukan sesuatu yang pertama,tapi aku masih sanggup...
.
.
.
Sayang.

Senin, 16 November 2015

Teruntuk kawan lama


Sang induk menghendaki berkawan.Tapi, ketika kawan menjadi lawan, kembali ku tanya ; "harus kah?", kemudian hening. -monicaroza.

Terbilang temu ternyata jua 
hidup tak serupa cerita bahagia
Telah lama "ku dan kau" tak bersua
Jangankan bersua, tertangkap bertatap muka "ku dan kau" rasa curiga
Beralih dan gelisah

Ingatkah kau barang sekejap foto tersebut? Ah...tak hayal bodoh ku memang bodoh. Nyatanya tak perlu berharap. Malah peluh keluar seluruh. Ku pejamkan dan kau terpampang. Ku termenung menangisi tiap butir tawa kebahagiaan "ku dan kau" hingga akhir. Kini inginku merajuk. Inginku bercanda ria  layaknya dulu. Tapi, ku senang liat kau senang bersama "mereka". Tak perlu ku tanyakan, sebab kau telah bahagia. 


Namun,kerinduan yang tertahan terganggu oleh sesuatu. 
"Iyuh". 
Hah ku tak lebih dari sebuah "iyuh"
Sadarku kini bahwa kau tak lagi kawan. 

Terbilang sakit terbilang nyeri
Ku tak menghendaki tumbuh cabang benci
apalah daya benci tetap benci

Sayang kini jadi benci
Walau pula ku ingat sayang
Entah ribuan maaf tak kan jadi kunci 
Luluh benci kian tak terlarang

Ku bawa benci ini keseluruh negeri...

Di mana ku terus tenggelam dalam pedih...

 Kan kubawa hingga mati...


•monicaroza👌

Sabtu, 14 November 2015

Tidak bisakah kau....?

In frame : Monica Roza.
Indiecology cafe.


"Tidak bisakah kau melakukan seperti apa yang aku lakukan? Menunggu,mengkhawtirkan ,bahkan menangis karenaku? Tidak. Hanya aku yang menangis..menangis karenamu."-monicaroza

Ketika harus berada di ruangan tempat berdiam diri,tidak ku temukan pekerjaan lain selain hanya diam. Bahkan aku telah menyibukan diri hanya untuk sekedar terlihat sibuk sampai akhirnya aku tetap memilih untuk kembali diam pada waktu yang terus berjalan. 

Bukan inginku bukan pula kehendakku untuk sekejap meneteskan sesuatu yang disebut air mata,memikirkanmu. Pula sungguh bukan inginku untuk memikirkanmu. Hanya saja kamu yang sejak tadi kutunggu tiba-tiba hadir dalam gelapnya mata yang tertutup rapat. Aku mulai mengalihkan pikiranku,berjuang keras menghilangkanmu dalam benakku. Sesuatu yang biasa...biasa kulakukan,melupakanmu. 

Kenapa harus aku yang terus menunggumu,mengkhawatirkanmu? Serta berlaku seakan aku membutuhkanmu?


Tak Sempat Mengambil Bulan🌛

.

                                               Monica roza.

Teriakan… menuntutku untuk terus melangkah. Dengan sejuta harapan dan butiran kekhawatiran untuk memulai,aku pun memberanikan diri. “Ambilkan bulanbu,ambilkan bulanbu untuk menerangi dilangit….” Aku tak pernah merasa bosan mendengarnya. Sampai akhirnya aku ingin kembali mendengar semua lantunan itu. Bertanya lugu duduk dikursi kecil yang kini rapuh sambil dikepang. Aku ingin menjadi lugu lagi. Hentikan! Aku lelah! Tolong lihat aku, kan ku ambil bulan!
***
Jangan pernah berani-beraninya kalian berpikir bahwa aku adalah anak yang selalu dinyanyikan atau bahkan selalu mendengar dongeng yang membuat mataku tertutup. Aku, aku hanyalah mendengar senandung lagu yang bahkan bukan untukku. Lagu yang selalu dinyanyikan seorang ibu untuk anaknya. Kudengar dari sesuatu yang disebut tembok. Ya, bisa dikatakan juga ini bukanlah tembok karenan hanya terbuat dari jutaan jerami yang membentuk bangunan reyot nan jelek. Jerami kamarku ini berciuman dengan jerami kamar tetanggaku. Jangan sepelekan jerami ini karena jerami ini cukup membantuku mendengar ocehan orang tua yang seharusnya ku dapatkan dari ibuku. Mengapa? Karena ibuku belum mati. Tak peduli hidup atau mati ia tidak akan memperlakukan aku sebagaimana layaknya seorang anak perempuan yang terus tumbuh. Aku tumbuh dengan baik. Karena setiap malam ku dengar ajaran dari tetanggaku yang juga memiliki anak seumuranku. Selalu berlaga seakan aku merasa terganggu akan lantunan senandung lagu “ ambilkan bulanbu” yang dicintai anaknya. Namun, dilubuk hati yang terdalam aku sepertinya mencintai lagu itu juga. Tak sadar aku selalu menikmati lagu dan ocehan ibunnya tetanggaku .Anak yang beruntung memiliki ibu dan ayah yang sayang padanya. Namun, dikatakan beruntung juga tidak. Karena dia bahkan tinggal di kawasan orang miskin dikampungku, didalam rubuk reyot sama sepertiku. Tapi mengapa ia bisa bahagia?
Memeras dan terus memeras. Memeras pakaian yang seakan-akan tak pernah habis bagai memanen padi ribuan hektar. Air bersama diterjen yang ku kenal. Bukan pensil ataupun buku. Aku adalah budak. Dipagi ini dengan umur 10 tahun ku lihat lagi mereka anak-anak miskin yang menggendong tasnya dan tertawa seakan berlaku seperti orang kaya yang melirik orang yang memiliki kusta. Mereka juga miskin tapi mampu sekolah. Mengapa hal ini tidak berlaku padaku? Bisakah siapapun memandang aku. Aku yang ingin sekali mengenal pensil dan buku. Ah! Masa bodo atas pertanyaan yang bahkan tertahan dan tak mampu keluar dari mulut ini. Aku bodoh. Ya, memang bodoh.
“ Bu, aku ingin mengambil bulan! “ teriakku riang diumur 5  tahun. “ Dasar anak bodoh! Hentikan khayalanmu! Mana mungkin bisa mengambil bulan,idiot!” jawab ibuku dan disambung dengan tawa bapakku. Sebuah kebingungan yang amat besar ketika ibunya tetanggaku menyuruh anaknya mengambil bulan dan ibu ku yang teriak aku bodoh ketika aku ingin mengambil bulan. Sebenarnya siapa yang salah? Mungkin ibuku dengan ibunya tetanggaku berbeda spesie,mungkin.
Sebuah ocehan dari ibunya tetanggaku yang ku dengar semalam adalah ocehannya yang terakhir dan tak ingin ku lupakan yang kini akan ku bawa ke Jakarta diumurku yang ke-17 tahun. “ Tak perlu susah payah bergelut,karena ketika anak hawa tersakiti ,Sang pemilik akan mengangkat tulang pipinya  dan mengecilkan bola matanya. Tertawalah! “ . Ya, aku akan pergi ke Jakarta mengadu nasib diantar bapakku. Keputusan yang tetap ku anggap bodoh. Lebih bodoh dari keinginanku mengambil bulan saat kecil. Setelahh menangis karena dipaksa dan dijanjikan kehidupan yang membahagiakan di Jakarta .akhirnya aku memilih untuk pergi. Sebodoh-bodohnya aku, aku sadar bahwa aku ini mahluk bodoh yang bahkan tak bisa membaca. Dibalik kebodohanku, aku sadar akan jadi apa aku disana. Bagaimana bisa dengan keterbatasanku ,aku bisa bahagia. Memang sinting kedua orang tua ku! “ Muka kamu cantik, badan kamu bagus. Kamu berharga,ngerti gak?!” bentakan bapakku ketika aku memberontak untuk tidak pergi ke Jakarta walau belum ku mengerti maksud dari kata-kata bapakku itu apa.. Aku muak! Entah ini keputusan bodoh atau apapun aku tidak peduli. Lagi pula aku sudah sumpek hidup bersama 2 mahluk yang hanya dirumah , bercinta didepanku lalu meminta uang kepadaku. Aku pergi.
Kemewahan Jakarta terpancar. Aku terus berjalan dari aspal bersemen sampai blusukan ke tanah liat. Baru saja kulihat gedung besar dan kini aku berada di tempat kumuh. Heran karena gedung dan tempat kumuh bersebelahan. Aku terus masuk melalui gang sempit dan gelap. Bau rokok. Aku ulai mencium bau rokok. Samar-samar mulai kulihat ada manusia,asap,minuman keras, uang,kartu dan kudengar erangan dari seorang wanita. Tempat apa ini? . “ Pak, kita mau kemana sih?” tanyaku. Pria sialan ini tetap diam sambil meenarik tanganku. Ada satu rumah. Aku dan bapak kesana.
Setiap mata memandangku . mulai daari pandangan murah sampai pandangan sinis. Aku mulai risih dan bertanya apa ada yang salah dari diriku?. “ pak, kenapa banyak cowok dan cewe berdekatan seperti bapak dan ibu? Mengapa  mereka memandang sinis kearahku?”tanyaku. “ Itu karna kamu bergarga, perlu berapa kali bapak bilang?meraka merasa tersaingi,ngerti?” jawab bapakku dengan rokoknya. “ Maksud bapak apa? Aku akan bekerja seperti mereka? Menjadi pelacur? Aku ngga mau!” jawabku sambil melepas genggaman bapakku yang sedari tadi menariku seperti menarik anak anjing. Begitu erat smpai sakit kurasa,dan kini terasa basah tanganku karena keringatnya. “ Kamu bisa diem ngga?itu rumahnya! Kita akan kesana.” Jawab bapak yang langsung melotot dan sergap mengambil tanganku.
 Eh udah sampe ya sayang. “ sapa seorang wanita berbadan gemuk dengan kalung dan gelang bagai seles yang ingin menjual pernak-pernik nora itu. “ Salim sama mamih! Ayo cepat!” bisik bapakku. Kini tanganku bersentuhan dengan tangannya yang empuk dan kucium tangannya. “Memangnya tidak ada lipstick lain? Norak sekali warna merahnya.” Ceplosku pelan. Lalu ,kulihat mamih melotot dan bapakku mencubitku. Salahku apa?. “ Janet, ini ada stok baru cin! Cusss dibikin jadi uhuy.” Teriak mamih kearah rumahnya. Tak lama datang seorang pria yang tak kalah noraknya dari mamih. Ini pria atau wanita? Sungguh aku bingung dengan tempat ini. “ Ih cucok bingiiiit. Sini janet sentuh dan berubah menjadi periiiinces. Cus masuk cinn !” jawabnya dengan menarik tanganku. “ periinces? Princes? “kucoba mengeja satu kata yang agak aneh dari aslinya. “ duh bukan princes cin. Nama kamu sekarang peerinces. Okee? Gimandosdos? “ jawabnya dengan lenje. “ hah?” aku heran.
Bedak mulai tertabur dipipiku. Baunya tidak terlalu enak. Mungkin ini bedak murahan. Lipstick nora mamih kini  tertempel padaku juga. Iya menggores alisku yang sudah tebal dengan pensil alis seperti pelukis yang sudah ternama. Jujur aku tidak yakin dengan janet. Kuragukan kemampuannya dan kulihat kaca…wah! Aku seperti peerinces. Eh! Maksudnya princes. Aneh dia benar bisa mendandaniku walau terkesan murah. Janes memberiku baju yang kurang bahan. Berenda-renda dan gatal. Namun, kupakai untuk malam ini.  Aku cantik. Aku periiinces.
Janet mengenalkanku kepada wanita cantik yang selalu menggendong rokoknya. Namanya Wati tapi jadi prity. Dia mengajarkanku menggoda pria yang ada disini sampai akhirnya aku sadar bahwa aku dilatih untuk menjadi pelacur. Sial! Aku ngga bisa diam saja . aku memutuskan untuk lari. Prity mengejarku. Sepatu tinggi murahan ini sungguh tidak membantu. Kulepas dan lari sekencang-kencangnya. “ Ces! Ceees! Jangan lari.” Teriak Prity. “ aku ngerti gimana perasaaan kamu. Kita bisa cerita-cerita. Tolong berhenti! “ teriak prity lagi. Aku berhenti dan duduk ditangga rumah susun yang tak jauh dari rumah pelacuran. Ku menangis. “ aku ngga mau jadi pelacur. Lebih baik aku mengelus pakaian banyak dari pada mengelus suami orang atau menemani pria kesepian. Aku ngga ngerti kenapa ornag tua ku membiarkan aku menjadi seperti ini. Memangnya ada orang tua sebangsat ini?” teriakku sambil sendu.  Prity mengelus kepalaku. “ gue mengerti. Tapi lo akan merasakan bagaimana memiliki uang banyak dan membeli apapun yang lo mau hanya dengan caramudah. Tolol! “ jawabnya . “ aku ngga butus semua itu. aku bodoh dan tak memiliki apa-apa. Hanya harga diri yang membuatku berarti. Ngerti?!” aku mulai berontak. “ dengerin gue. Dulu gue juga ngomong gitu. Lo gakk harus tidur sama bajingan-bajingan itu. lo cukup menyentuh dan lo ambil duitnya. Lo cantik.lo mahal. Tolong lo coba dulu .” ocehannya terus berusaha meyakinkanku.Aku terus menutup wajahku dan menangis. “ dengerin gue. Orang tua lo nyerahin lo kesini. Mereka udah gak peduli sama lo. Disini lo bisa dapet keluarga baru. Keluraga yang bisa ngertiin lo . gua jamin kebahagiaan lo disini.”kalimat yang cukup membuatku sadar dan membangkitkan rasa benciku kepada orang tuaku. Ya, udah ngga ada yang peduli sama aku kecuali mereka. Aku putuskan untuk mencoba.
Malam pertama dimana aku akan mengelus pria-pria yag hadir disini. Bedak yang terasa tebal ngat membuatku percaya diri. Janet membuat diriku terlihat mahal malam ini. Aku duduk smbil menjepit rokok yang baru ku coba malam ini setelah dari pagi aku menghabiskan 5 bungkus rokok dengan prity dalam belajar mengisap dan menghembuskannya kembali. Prity banyak mengajarkan ku hal-hal yang perlu ku lakukan. Ku biarkan kaki kananku berada diatas kaki kiriku dan membiarkan pahaku terlihat indah karena rok mini yang ketat ini. Aku menunggu dan tak lama bapak-bapak yang umurnya tak jauh berbeda dari bapakku menghampiriku. Pria ini berjas dan sunggu terlihat kesepian. Kumulai basa-basi dan benar saja kudapatkan bahwa pria ini memiliki istri cantik namun tak mampu memuaskannya diranjang. “munkin bisa aku bantu,om?” godaku. Entah bagaimana aku bisa menjadi selincah ini. Ia membawaku ke hotel bintang lima. Kami bertransaksi dan sepakat hanya paket pegang-pegang. Cuma bikin  om ini tegang aku bisa dapet Rp. 10.000.000 . aku rasa aku mulai menyukai peerjaan ini. Beginilah awal karirku di dunia pelacuran.
“ Lo kenapa ty? “ tanyaku kepada prity yang sejak semalam menangis. Aku dan prity lah yang termahal diantara pelacur lainnya. kita cantik dan punya prinsip ngga mau tidur sama pelanggan. Kita ngga mau tertular penyakit menjijikan yang akhirnya merenggut nyawa pelacur-pelacur malang. “ Lo kenapa ?! jangan bilang lo tidur sama bajingan-bajingan berduit itu? .” tanyaku yang justru terus membuatnya menangis. “ Tolol lo! Perek bego! Jawab gua!” desakku. “ Gue kena HIV! Puas?” teriaknya yang serentak membuat pelacur murah menoleh dan berbisik. Aku bawa prity ke kamar. “ Kok bisa? Cerita sama gue! Lo main sama berapa om-om?” Tanya ku. “ Gua main sama brondong kaya. Gue jatuh cinta sama bajingan satu ini. Ternyata dia sering maen masuk keluar sama cewe. Brengsek! Gue baru 1kali langsung kena. Gue harus gimana? “ jawabnya sambil menangis. “ sore ini  gue temenin ngomong ke mamih .” Jawabku mencaiarkan suasana dengan memeluknya. Walau kami tau mungkin dia bisa digantung mamih. Karena aku dan prity bagai tambang emas yang mampu membuat hidup mamih begitu indah. Kita berdua bener-bener dijamin kesehatan dan asuransi sama mamih. Kita berdua gak boleh sakit apalagi menderita penyakit HIV.
“ Pergi lo perek murah! Keluar dari sini dasar hina! Pergi !” teriak mamih sambil melempar semua barang Prity ke luar rumah pelacuran. Aku terus disampingnya dan memeluknya serta ikut menangis. “ Mih. Prity sempat jadi tambang emas mamih. Dia sekarang butuh kita. Dia sakit. “ teriakku. Namun, mamih benar-benar tidak ingin mengenal Prity lagi. Aku tidak bisa embantunya karena aku dikurung karena mau membantu Prity. Prity pergi.
Dua bulan berlalu menjadi tambang emas mamih sendirian dan primadona rumah pelcuran ini. Begitu melelahkan. Pantas saja prity sangat menginginkan aku berada disini. Aku mendapat kabar bahwa Prity telah meninggal. Aku akan sangat menyesal Karena tidak mengantarnya ke tanah yang siap menutupnya. Mamih menyewa 2 bodyguard untuk mengawasku. Aku bener-bener kesepian. Aku ngga punya teman. Pelacur murah tidak mau berteman denganku karena merasa terdesriminasi. Lagipula siapa juga yang mau menjadi anak kesayangan mamih tapi tidak memiliki teman. “Prity.. gue kangen lo.”teriakku dengan menutup mulutku .
“  Brengsek lo! Pegang-pegang tapi nggamau bayar. Keluar lo! “ teriakku kepada pria botak yang berjas namun menawar harga. Sudah jelas terpampang bahwa aku tidak bisa ditawar. “ Belagu lo! Dasar perek! “ sautnya. “ Anjing lo! Emang gue perek,ngapain lo minta gua buat bikin bangun burung lo yang letoy? Istri lo gak mampu?” jawabku. Lalu, bodyguardku menarik dan mengusirnya. Lama-lama aku muak. Aku sudah terlalu terhanyut dalam dunia ini. Tak sadar sesungguhnya aku menginginkan kehidupan normalku dulu. Sudah 15tahun dan aku mampu membeli 2 mobil, iphone, tas dan baju mahal. Semua ada. Tapi kebahagiaanku tak terasa.
Malam ini begitu ramai. Sama seperti biasa asapmenggembul dari sisi manapun. Jutaan rayuan dan transaksi. Namun, mlam ini aku tidak semangat. Entah mengapa. Kerusuhan datang. Seperti ombak yang tiba-tiba meraung. Puluhan pria gagah memasuki gang perkampungan pelacuran. Dengan pakaian lengkap yang sangat kami kenal. Semua berlarian dan berteriak. Tak berbusana tidak melunturkan niat mereka untuk lari. Satpol-PP datang! Semua runyam. Aku bingung. Aku berlari ke mobilku dan kudapatkan tak ada lagi mobilku. Mobilku melaju sendiri. Tdak! Tidak mungkin melaju sendiri. Mamih dan Janet didalam nya. Aku berlari sendiri dan dikejar mereka yang terus berteriak “ Berhenti!”. Aku takut. Kakiku bergetar. Aku terjatuh. Cukup,aku tak mampu berlari lagi. Kubiarkan tangan perkasanya menyentuhku kasar. Sentuhan pria yang biasanya ku rasa lembut kini menjadi menyakitkan. Tuhan mengapa? Tidakkah cukup semuanya? Kau rebut kebahagiaan yang bahkan tak pernah kurasakansebelumnya. Ini rumahku, keluargaku. Mereka mulai menghancurkan apa yang ada disana. Aku menyaksikannya dengan mataku sendiri. Mereka membuat tempat ini rata bak tertiup angin tornado. Aku menang. Menangis sekencang-kencangnya. Aku tertangkap.
Kini jeruji besi dingin menjadi tempatku. Berbagai wartawan datang untuk mewawancara aku. Tidak bisakah mereka merasakan perasaanku? Aku sakit. Hatiku,jiwaku ,ragaku hancur. Kubiarkan jutaan pertnyaan yang mereka lantunkan. Aku diam. Tiba- tiba aku ingat. Lantunan “ Ambilkan Bulanbu.. Ambilkan bulanbu,untuk menerangi malamku yang gelap.” Aku tersadar bahwa aku bahkan belum sempat mengambil bulan. Aku tidak mendapat apapun selama ini. Harta tanpa kebahagiaan. Aku memutuskan untuk tidak terikat menjadi pelacur lagi. Kini aku bukan hanya bodoh. Tetapi aku adalah anak yang tak sempat mengambil bulan.

Sent from my iPhone

Kamis, 12 November 2015

sadarku adalah terlambatku

Seorang wanita yang terkenal lembut bercerita sendu. sendu tentang cinta. menceritakan pengalaman berharga tentang cinta dan hidup. adegan peradegan dia tutukan rapih dan urut. aku mengangguk bertanda aku mengerti. tidak membuatku lantas takut. Aku makin sering dan senang bercinta. tanpa banyak berpikir karena terlalu asik dengan cinta yang tak serupa dengan cerita wanita tersebut.
waktu berlalu...
kini cinta berubah. ketika semua telah kuberi. kian lama kian menyakitkan. sedikit demi sedikit segala adegan mulai serupa dengan cerita wanita itu. akhirnya, ketika melihat wanita tersebut ,aku menyesal tak mendengarnya. tak berhati-hati...

aku sadar,namun apa daya semua telah terlambat.